Jumat, 07 Agustus 2015

Dia tanpa nama

Apapun yang mengatasnamakan masa lalu, semuanya telah berlalu. Telah melebur, menyatu dan terukir dalam ingatan.
Aku tidak akan berusaha untuk melupakan, biarlah itu menjadi kenangan. menjadi patokanku untuk melihat kebelakang, bukan untuk kembali, tetapi untuk melihat seberapa jauh aku telah melangkah.

Hari ini tugasku adalah menjadi yang terbaik, untuk seseorang yang kusemogakan menjadi masa depan.
Seseorang yang belum dipertemukan, yang kini kusebut dalam doa sebagai "dia" tanpa nama.
"dia" yang kunanti, entah sampai kapan waktu akan mempertemukan kami.

Aku takut, takut jika aku belum cukup pantas untuknya, untuk "dia" yang telah Allah pasangkan untukku. Sampai saat waktu yang telah ditentukan Allah dengan skenario terbaiknya. Aku akan memperbaiki diri, agar pantas mendampingi "dia", pantas disandingkan sebagai tulang rusuknya.