Senin, 17 Agustus 2015

Kpop, bertahan atau selesaikan?

"Annyonghasaeyo, Yulia Imnida" entah berapa tahun begitulah caraku memperkenalkan diri. Iya, aku menyukai K-pop, mengidolakan orang-orang yang harusnya tidak kuidolakan, begitu terbius dengan ketampanan dan kecantikan luar sehingga bahkan aku mulai mengikuti gayanya, menjadikan idola sebagai patokanku berbusana. K-pop memanglah adiktif, dulu aku berpikir "well, jauh lebih baik suka K-pop dari pada salah pergaulan ke seks bebas atau narkoba", itu pembelaanku dulu. Bisa dibilang aku adalah tetua, aku sudah menyukai K-pop bahkan sebelum hal itu menjadi mainstream seperti sekarang, dan K-pop adalah ladangku menyalurkan hobi dan pengalihan pikiran. Aku menyukai K-pop sejak 2005 dan pertama kali membuat event K-pop pada tahun 2007, sudah sekitar 8 tahun yang lalu. Selama delapan tahun aku melihat bagaimana pergaulan Kpopers yang positif menjadi kian negatif, mulai dari pergaulan, gaya busana, gaya bahasa dan juga pola pikir yang kian berubah "kekorea-koreaan". Aku tidak menjudge Kpopers salah, karena selama 10 tahun aku berada didalamnya, dan aku juga tidak bisa mengatakan kalau hal itu benar, karena kini aku sudah menghindar dan mengurangi "kesenangan" yang selama ini sudah menjadi kebiasanku.

Aku mempersiapkan diri untuk meninggalkan "kesenangan" itu, karena aku pernah ataupun sering melihat hal-hal yang akhirnya memunculkan keraguanku apakah pergaulan ini patut dipertahankan. Apakah kalian sadar :
Kpopers terlalu mengidolakan atau bahkan terkesan mendewakan, marah jika idolanya diejek, menangis jika idolanya bersedih, bertengkar dengan teman hanya karena berbeda idola, marah kepada orang tua karena tidak diberikan uang untuk tiket konser. Kpopers Labil? Yakin tidak pernah seperti itu?

Sekarang coba lihat bagaimana cara berpakaian Kpopers, terutama Dance Cover. Terbuka? transparan? minim? ketat?
Ketika dulu Dance Cover hanyalah penyaluran hobi, kini rasanya terlihat sebagai ajang mengcovering total idol yang mereka cover.

"Sahabat atau teman" yang kamu temui karena Kpop, apakah mereka mengingatkanmu bagaimana harusnya kamu berpakaian? mengigatkanmu dan mengajakmu shalat?
Tidak, karena selama ini ketika aku besama "sahabat kpop"ku, aku telah mengabaikan kewajibanku sebagai muslimah.

Pergaulan, Homo? lesbian? kenapa kesannya itu hal biasa? Berpelukan atau bahkan berciuman di depan umum, tidak malukah?
Laki-laki seperti perempuan? perempuan seperti laki-laki? ketika aku melihat betapa meriah euforia dan normalnya penonton melihat hal itu, aku merasa salah.

Ya, merasa salah karena aku tidak bisa mengingatkan mereka atau temanku jika tidak harusnya seperti itu, salah karena telah membuat event yang menjadi wadah mereka menyalurkan hobi yang tidak kubenarkan dalam hati.
Aku, setelah 8 tahun merasa bahagia membuat event Kpop, namun sekarang aku kehilangan hasratku, ketika aku tau mungkin akulah yang termasuk pemerburuk keadaan. Aku malu, ketika event yang aku buat ternyata memiliki begitu banyak mudharat dan begitu minim manfaat.
Lalu dengan alasan apa lagi aku bisa bertahan? ketika bahkan hati ini semakin ragu.

22 tahun, aku rasa sudah cukup aku berada dijalan yang salah, aku tidak tau sampai kapan umurku, 50 tahun lagi? 25 tahun lagi? 1 tahun lagi? atau bahkan mungkin tidak lebih dari hari ini. Apakah kamu yakin jika kamu bertaubat dengan sisa umurmu, kamu akan diampuni dan masuk surga?
Aku tidak yakin, kini aku takut, apakah aku sempat menebus dosa yang 22 tahun ini telah kulakukan? hanya dengan waktu sisa umurku yang tidak kuketahui.

Percayalah begitu mudahnya cantik dimata manusia.

Tapi untuk menjadi cantik dimata Allah, butuh lebih dari sekedar niat dan usaha. Karena manusia begitu mudah khilaf. Aku berharap bisa dengan seteguh hati bertahan dijalan yang Allah ridhoi, bersama orang-orang baik yang sudah kutemui atau akan kutemui nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar